Sejarah Awal Mula Penetapan
Hari Raya Idul Fitri
Fajar 1 Syawal 1440 H / 20149 M sebentar lagi akan
tiba. Bersama-sama dengan umat Islam semuanya dari segala arah dan penjuru
dunia dari sabang sampai merauke tak henti-hentinya mengumandangkan alunan suara
takbir, tasbih, tahmid dan tahlil. Bahkan sebagaian masyarakat kita, pada malam
hari raya Idul Fitri dilakukan takbir keliling yang sudah menjadi budaya. Hal
ini sesungguhnya merupakan manifestasi kebahagiaan setelah berhasil memenangi
ibadah puasa, atau sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas
kemenangan besar yang kita peroleh setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan
selama satu bulan penuh.
Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya : “Dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya
yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. ” Rasulullah SAW
bersabda yang artinya “Hiasilah hari rayamu dengan takbir.”
Ada sebuah
riwayat yang menceritakan tentang sejarah awal mula penetapan hari raya Idul
Fitri disyari’atkan pada tahun pertama bulan hijriyah, namun bari dilaksanakan
pada tahun kedua Hijriyah.
Pada masa
Rasulullah SAW, di sebuah kota yang terletak di Madinah ada dua hari yang di
dalamnya terdapat kaum-kaum Yasyrik yang menggunakan dua hari tersebut dengan
berpesta-pesta dan bersenang-senang semata, yang terkesan lebih berfoya-foya.
Kedua hari
tersebut dinamakan hari An-Nairuz dan hari Al-Mahrajan dimana ketentuannya
ditetapkan oleh penguasa pada saat itu. Konon hari itu sudah ada sejak zaman
Jahiliyah dulu sehingga menjadi sebuah tradisi yang melekat pada orang Madinah
kaum Yasyrik.
Ketika hal
tersebut menjadi sebuah tradisi dan budaya kaum Yasyrik, sampailah kabar
tersebut pada Rasulullah SAW. Sehingga Rasulullah ingin mencari tahu, bahwa apa
yang sedang mereka lakukan dengan kedua hari tersebut. Kemudian orang-orang
Madinah pun menjawab:
“Wahai Rasul
pada hari ini kami sedang merayakan pesta untuk kesenangan dan kepuasan kita,
dan kita akan menjadikan hari ini menjadi sebuah tradisi kita karena hari ini
suda ada sejak zaman kaum Jahiliyah”.[ Hannan Hoesin Bahannan Dkk, h. 213.]. Mendengar
hal tersebut Rasulullah kaget dan tersentak hatinya untuk menyuruh mereka
berhenti melakukan hal yang tidak bermanfaat. Sehingga kemudian Rasulullah
berkata kepada kaum Yasyrik tersebut, kalian harus tahu bahwa sesungguhnya
Allah menggantikan kedua hari tersebut dengan hari yang lebih baik daripada
sekedar berpesta-pesta dan berfoya-foya saja yang hanya akan menjadikan kalian
umat yang bodoh yang akan menggunakan waktu dan harta kalian dengan Mubazir
atau sia-sia. Sesungguhnya Allah SWT telah mengganti kedua hari tersebut dengan
Hari Raya Idul Adha dan Idul Fitri, yang penuh dengan makna dan
hikmah-hikmahnya. Peristiwa tersebut menjadi sebuah riwayat yang menjadi Hadist
yang terdapat dalam kitab Fiqh Madzahib Al-Arbaah.[ Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqh
Madzahib al-Arba’ah-Dalilun Masyru’iyyatun Sholat al- ‘Idain (Kairo: Daar
Al-Hadist, Tt), h. 271.
Dalam kitab
Bulugh Al-Marrom, ada sebuah hadis pula yang hampir sama dengan hadist di atas
tentang sejarah terjadinya Hari Raya Idul Fitri. Hal ini untuk memperkuat
sumber-sumber tentang sejarah asal mula terjadinya Hari Raya Idul Fitri.
Sejarah asal
mula terjadinya Hari Raya Idul Fitri tersebut, dijadikan sebagai landasan dasar
theologi yaitu untuk merubah hari yang tidak baik menjadi hari yang sangat baik
yang di dalamnya penuh dengan keberkahan.
Bila ditinjau
dari sudut bahasa, menurut Ust. Ahmad Sarwat, Lc., MA, kata 'Ied' (عيد) dalam Iedul Fithri sama sekali bukan kembali.
Dalam bahasa Arab, Ied (عيد) berarti hari raya. Bentuk jamaknya
a'yad (أعياد). Maka setiap agama punya Ied
atau hari raya sendiri-sendiri. Dalam bahasa Arab, hari Natal yang dirayakan
umat Nasrani disebut dengan Iedul Milad (عيد الميلاد), yang artinya hari raya kelahiran. Maksudnya
kelahiran Nabi Isa alaihissalam. Mereka merayakan hari itu sebagai hari raya
resmi agama mereka. Hari-hari kemerdekaan suatu negeri dalam bahasa Arab sering
disebut dengan Iedul Wathan (عيد الوطن). Memang tidak harus selalu
hari kemerdekaan, tetapi maksudnya itu adalah hari besar alias hari raya untuk
negara tersebut.
Dalam bahasa Arab, kata kembali adalah 'aada
- ya'uudu -'audatan (عاد - يعود - عودة). Memang sekilas hurufnya
rada mirip, tetapi tentu saja berbeda jauh maknanya dari 'ied. Jadi kalau
maksudnya mau bilang kembali, jangan sebut 'ied tetapi sebutlah 'audah. Dan dalam bahasa Arab juga kita
mengenal dua kata yang nyaris mirip tetapi berbeda, yaitu fithrah (فطرة) dan
fithr (فطر).
1.
Makna Fithrah Yang pertama adalah kata fithrah (فطرة).
Jumlah hurufnya ada empat yaitu fa', tha', ra' dan ta' marbuthah. Umumnya
fithrah diartikan oleh para ulama sebagai kesucian atau juga bermakna agama
Islam. Seperti hadits berikut ini :
عَشْرٌ مِنَ الْفِطْرَةِ قَصُّ الشَّارِبِ وَإِعْفَاءُ اللِّحْيَةِ وَالسِّوَاكُ وَاسْتِنْشَاقُ الْمَاءِ وَقَصُّ الأْظْفَارِ وَغَسْل الْبَرَاجِمِ وَنَتْفُ الإْبْطِ وَحَلْقُ الْعَانَةِ وَانْتِقَاصُ الْمَاءِ
Ada
sepuluh hal dari fitrah (kesucian), yaitu memangkas kumis, memelihara jenggot,
bersiwak, istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung), potong kuku, membersihkan
ruas jari-jemari, mencabut bulu ketiak, mencukup bulu kemaluan dan istinjak
(cebok) dengan air. ” (HR.
Muslim).
Dan
juga bermakna agama Islam, sebagimana hadits berikut ini :
مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلاَّ وُلِدَ عَلىَ الفِطْرَةِ أَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِهِ
Tidak
ada kelahiran bayi kecuali lahir dalam keadaan fitrah (muslim). Lalu kedua
orang tuanya yang akan menjadikannya yahudi, nasrani atau majusi. (HR. Muslim)
2. Makna
Fithr
Sedangkan kata fithr (فطر)
sangat berbeda maknnya dari kata fithrah. Memang sekilas keduanya punya
kemiripan. Tetapi coba perhatikan baik-baik, ternyata kata fithr itu hurufnya
cuma ada tiga saja, yaitu fa', tha' dan ra', tanpa tambahan huruf ta'
marbuthah di belakangnya.
Kalau
kita jujur dengan istilah aslinya, sesungguhnya kata 'Idul Fithri' itu bukan
bermakna kembali kepada kesucian. Tetapi yang benar adalah Hari Raya Makanan.
Dan hari raya Islam yang satunya lagi adalah Idul Adha, tentu maknanya bukan
kembali kepada Adha, sebab artinya akan jadi kacau balau. Masak kembali kepada
hewan qurban? Idul Adha artinya adalah hari raya qurban (hewan sembelihan).
Bahwa
setelah sebulan berpuasa kita harus kembali menjadi suci, mencusikan hati,
mensucikan pikiran dan mensucikan semuanya, tentu memang harus. Cuma, jangan kemudian
main paksa istilah yang kurang tepat. Mentang-mentang kita harus kembali suci,
lalu ungkapan 'Idul Fithri' dipaksakan berubah makna menjadi 'kembali suci'. Dan sejatinya
pada hari itu umat Islam diwajibkan untuk makan serta haram untuk berpuasa. Berpuasa
para tanggal 1 Syawwal justru haram dan berdosa bisa dilakukan. Seperti
hadist Dari Anas bin Malik radliyallahuanhu berkata,
“Rasulullah tidak berangkat pada Idul Fithri hingga beliau memakan beberapa
kurma. (HR. Bukhari
Demikian
menurut Ust. Ahmad
Sarwat, Lc., MA yang kami lansir pada laman
https://www.rumahfiqih.com/x.php?id=1358360047.
Terlepas dari itu semua penulis
berpendapat bahwa, pada hari raya idul fitri tersebut, adalah hari dimana kaum
muslimin kembali kepada kesuciannya karena pada 30 hari sebelumnya yaitu bulan
Ramadhan adalah hari – hari yang Allah Swt sediakan untuk manusia membersihkan
diri mereka masing-masing dari segala pengaruh iblis dan Syaitanya yang telah
mempengaruhi kehidupan kita selama 11 bulan sebelumnya. Pada hari-hari dibulan
Ramadhan itulah kesempatan kita untuk membersihkan diri dari pengaruh Syaitan.
Sebab pada bulan tersebut pasukan Syaitan tidak bersama manusia. Mereka telah
dibelunggu oleh Allah Swt seperti yang diterangkan oleh Hadist berikut :
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda “ Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu
neraka ditutup, dan setan dibelenggu.” (HR. Bukhari no. 1899
dan Muslim no. 1079).
Jadi mumpung para syaitan dibelunggu, maka bersihkankanlah
diri kita sehingga kita akan menjadi suci di 1 sawal nanti. Wallahualam
bisawab.
Selamat hari Raya Idul Fitri 1440 H / 2019 M semoga kita
dapat membersihkan diri kita masing-masing dari pengaruh Iblis dan Syaitan yang
telah bersama kita selama 11 bulan sebelumnya Sehingga di 1 Syawal 1440 H ini
kita menjadi hamba-hamba Allah yang suci. Insya Allah. (Diambil dari berbagai
Sumber )
1 komentar:
menang berapapun di bayar
ayo segera bergabung bersama kami di bandar365*com
WA : +85587781483
Post a Comment